PEMETAAN AKTOR DALAM PENGELOLAAN KAWASAN PASCA KONFLIK DI TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI STUDI KASUS DESA BEBIDAS

ANDRE, GEOVANI SURBAKTI (2020) PEMETAAN AKTOR DALAM PENGELOLAAN KAWASAN PASCA KONFLIK DI TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI STUDI KASUS DESA BEBIDAS. S1 thesis, Universitas Mataram.

[img] Text
skripsi Andre.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (885kB)

Abstract

Kawasan hutan di Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki luas 1.071.722.83 Ha (51,39 % dari luas daratan Provinsi NTB) yang terbagi dalam hutan produksi, hutan konservasi dan hutan lindung. Sejalan dengan meningkatnya kepentingan dan kebutuhan yang berbeda-beda terhadap kawasan hutan dari para pihak terhadap kawasan hutan, hal tersebut dapat memicu terjadinya konflik sumber daya hutan. Dari luas kawasan hutan di NTB, sekitar 80.147,22 Ha mengalami konflik tenurial, diantaranya terdapat pada hutan konservasi, pada kawasan Hutan Pesugulan Taman Nasional Gunung Rinjani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi para aktor terhadap pengelolaan kawasan pasca konflik di Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, mengetahui faktor penghambat dan faktor pendukung dalam pengelolaan kawasan pasca konflik, serta merumuskan strategi pengelolaan kawasan hutan pasca konflik. Penelitian ini menggunakan metode kombinasi yang menggabungkan metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan 3 jenis analisis data diantaranya analisis deksriptif, analisis gaya bersengketa (AGATA) dan analisis SWOT. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa pihak pengelola Taman Nasional Gunung Rinjani dan pihak masyarakat Desa Bebidas memilih sikap kompromi dalam pengelolaan kawasan hutan pasca konflik dengan skor masning masing 19 dan 22. Setelah dilakukan wawancara dan observasi ditemukan 3 faktor pendukung yang mendorong dalam pencapaian pengelolaan selama ini yakni: 1) mayoritas masyarakat bersedia untuk bekerjasama dengan pihak pengelola TNGR, 2) terdapat dukungan dari Pemerintah Daerah Lombok Timur, 3) terdapat sosialisasi rutin yang dilakukan oleh pihak pengelola TNGR. Adapun 3 faktor penghambat dalam pencapaian pengelolaan selama ini yakni: 1) masyarakat mengklaim bahwa lahan tersebut adalah hutan adat, 2) kurangnya pengetahuan masyarakat taman nasional dan 3) masyarakat terpecah menjadi dua kubu yakni kubu pro-TNGR dan anti-TNGR. Sementara berdasarkan hasil analisis SWOT, diperoleh strategi utama dan dapat menjadi prioritas dalam pengelolaan kawasan pasca konflik di kawasan hutan dengan masyarakat Desa Bebidas serta menjaga dan mengembangangkan keanekaragaman hayati dan wisata yang terdapat pada kawasan. , yakni membangun kerjasama kemitraan konservasi

Item Type: Thesis (S1)
Keywords (Kata Kunci): Kata Kunci: konflik, pengelolaan kawasan, Taman Nasional Gunung Rinjani, Desa Bebidas.
Subjects: S Agriculture > S Agriculture (General)
Divisions: Fakultas Pertanian
Depositing User: Rini Trisnawati
Date Deposited: 14 Oct 2020 05:43
Last Modified: 14 Oct 2020 05:43
URI: http://eprints.unram.ac.id/id/eprint/17621

Actions (login required)

View Item View Item