KONSISTENSI SISTEM PRAKIRAAN IKLIM MUSIMAN MENGGUNAKAN INDIKATOR ENSO DI DAERAH TIPE IKLIM D3 DAN D4 KABUPATEN LOMBOK TENGAH

LARA, MIGA WAHYUNI (2020) KONSISTENSI SISTEM PRAKIRAAN IKLIM MUSIMAN MENGGUNAKAN INDIKATOR ENSO DI DAERAH TIPE IKLIM D3 DAN D4 KABUPATEN LOMBOK TENGAH. S1 thesis, Universitas Mataram.

[img] Text
SKRIPSI LARA MIGA WAHHYUNI.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (2MB)

Abstract

Variasi iklim musiman di Pulau Lombok ditandai oleh terjadinya kemarau panjang, musim hujan yang tidak menentu dengan jangka waktu yang relatif singkat sehingga menyebabkan gagal panen bahkan gagal tanam. Tipe iklim Pulau Lombok sangat dipengaruhi oleh pola curah hujan. Curah hujan merupakan unsur iklim yang sangat menentukan keberhasilan bercocok tanam (Yasin et al., 2003, Ma’shum dan Yasin., 2018). Pulau Lombok mempunyai iklim tropika setengah kering [semi arid tropic (SAT)] yaitu curah hujan yang merupakan satu-satunnya sumber air bagi tanaman. Yasin dan Ma’shum, (2006) menunjukkan bahwa adanya perbedaan curah hujan musiman yang disebabkan oleh fenomena El Nino. El-Nino merupakan salah satu gejala alam yang dapat mempengaruhi iklim secara global. Kejadian ini biasanya diikuti dengan penurunan curah hujan dan peningkatan suhu udara (Kirono, 2000); Abawi et al, 2002. Di Indonesia sistem klasifikasi iklim yang banyak diterapkan untuk pertanian adalah klasifikasi iklim Oldeman. Oldeman et al. (1980) menggunakan kriteria jumlah bulan basah (BB) dan bulan kering (BK) berturut-turut. Variasi iklim musiman merupakan penyebab utama menurunnya produksi tanaman pangan di Indonesia. Terjadinya kekeringan akibat kemarau panjang di Pulau Lombok pada tahun-tahun itu bertepatan dengan peristiwa El Nino, yakni sangat berkaitan dengan signal Southern Oscillation Index (SOI) atau disebut dengan Indeks Osilasi Selatan (SOI) negatif yang kuat di lautan Pasifik (MBride, et al, 1983, Kirono, D.G.C., 2000.). Namun berdasarkan pengamatan yang cermat, tidak semua fenomena El Nino yang ditandai SOI negatif menyebabkan hujan yang berkurang. Terdapat ada tahun dengan SOI negatif tetapi curah hujan berada di atas normal. Ada pula tahun-tahun yang diperkirakan banyak hujan ternyata curah hujan rendah. Berdasarkan uraian diatas fenomena El Nino menyebabkan kekeringan dan fenomena La Nina menyebabkan kebasahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsistensi prakiraan iklim musiman yang menggunakan indikator fenomena El Nino dengan menganalisis konsistensi dari Prediktor (Peramal) dengan Prediktan (hasil ramalan). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif yaitu metode yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dengan jalan mengumpulkan data, menyusun, menganalisa, menginterpretsikan data, dan menaraik suatu kesimpulan. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari BMKG yang meliputi data curah hujan bulanan pada musim hujan (Oktober- Maret), data curah hujan bulanan pada musim kemarau (April-September) dalam rentang waktu  50 tahun (1970-2019) yang dikumpulkan dari 9 stasiun curah hujan, dan data Indeks Osilasi Selatan tahun (1970-2019) yang di akses di http://www.bom.gov.au/climate/current/soi2.shtml Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah D3 dan D4 memiliki perbedaan kesesuaian tipe iklim dengan tipe iklim Oldeman. Perbedaan tipe iklim dipengaruhi oleh jumlah bulan basah dan bulan kering dari masing-masing stasiun curah hujan. Dalam rentan tahun 1970- 2019 (50 tahun) terdapat nilai konsisten di semua daerah yang diramal yaitu diatas 50% dan tidak konsisten dibawah 50%. Konsistensi menggambarkan seberapa tepat dari hasil peramalan. Jika persentase nilai konsistensi berada diatas 50% berarti bahwa lebih baik meramal dengan menggunakan metode peramalan dengan mencari konsistensi dibandingkan dengan menggunakan rata-rata. Oleh karena itu jika menggunakan sistem peramalan, kalau terjadi fenomena El Nino akan ada kekurangan air maka bisa disesuaikan waktu menanam, mempersiapkan air irigasi terlebih dahulu, dapat mengurangi luas tanam, dan menunda waktu tanam terlebih dahulu. Nilai skill ramalan yaitu pada daerah D3 pada musim hujan konsistensi dari hasil ramalan menunjukkan skill yaitu 13% dan konsistensi hasil skill ramalan pada musim kemarau yaitu 24%. Pada daerah D4 pada musim hujan diperoleh konsistensi hasil skill ramalan yaitu 15% dan konsistensi hasil skill ramalan pada musim kemarau yaitu 27%. Penggunaan indikator fenomena ENSO yaitu SOI memperlihatkan skill yang tinggi di daerah dengan tipe iklim D3 dan D4. Tidak ada perbedaan ketepatan ramalan pada daerah D3 dan D4 karena dari kedua tipe iklim tersebut sama-sama memiliki nilai konsistensi skill yang baik.

Item Type: Thesis (S1)
Keywords (Kata Kunci): sistem, musim, indikator enso.
Subjects: S Agriculture > SB Plant culture
Divisions: Fakultas Pertanian
Depositing User: Rini Trisnawati
Date Deposited: 10 Dec 2020 07:25
Last Modified: 10 Dec 2020 07:25
URI: http://eprints.unram.ac.id/id/eprint/19910

Actions (login required)

View Item View Item