MAKNA SIMBOLIK TRADISI NEDE DI GUNUNG SULUNG DUSUN DARMAJI DESA KIDANG KECAMATAN PRAYA TIMUR KABUPATEN LOMBOK TENGAH.

Ari, Gunawan (2022) MAKNA SIMBOLIK TRADISI NEDE DI GUNUNG SULUNG DUSUN DARMAJI DESA KIDANG KECAMATAN PRAYA TIMUR KABUPATEN LOMBOK TENGAH. S1 thesis, Universitas Mataram.

[img] Text
Skripsi Makna Simbolik Tradisi Nede (Ari Gunawan L1C017009).pdf
Restricted to Repository staff only

Download (2MB)

Abstract

Tradisi Nede merupakan suatu tradisi turun temurun yang dilakukan setiap tahun oleh masyarakat Dusun Darmaji, Desa Kidang, yaitu pada bulan ke 7 menurut penanggalan bulan hijriah, dan merupakan cara atau media dalam meminta hujan. Tradisi Nede muncul disebabkan oleh kekeringan yang menyebabkan tanaman masyarakat menjadi mati. Ritual Nede menjadi sangat penting bagi masyarakat sebagai cara menyampaikan nazar atau keinginannya meminta hujan kepada Yang Maha Kuasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji makna simbolik tradisi Nede di Gunung Sulung Dusun darmaji desa Kidang. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data diambil melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan model analisis interaktif Miles dan Huberman. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi Nede memiliki simbol-simbol yang memiliki makna simbolik tertentu, diantaranya Sawiq, yang dimaknai sebagai suatu tanda perjanjian atau nazar masyarakat dalam meminta hujan kepada Yang Maha Kuasa. Penginang kuning, yang dimaknai sebagai wadah khusus untuk sesajen yang merupakan rukun atau syarat yang harus ada. Tekat dan Tekot, yang dimaknai sebagai syarat yang harus ada dalam pelaksanaan Nede, sedangkan Tekot dimaknai sebagai wadah khusus untuk sesajen yang diperuntukkan kepada penghuni gaib Gunung Sulung. Gendang Beleq sebagai pengiring agar menarik masyarakat untuk ikut memeriahkan tradisi Nede. Moto Seong, Empok-Empok, dan Gule Kelape, yang dimaknai sebagai pemberian kepada penghuni gaib Gunung Sulung, agar tidak mengganggu selama pelaksanaan ritual Nede. Kemenyan, dimaknai sebagai sarana untuk memanggil makhluk gaib. Liqo’ Lekes dan Rokok Bebere, yang dimaknai sebagai simbol perempuan dan laki-laki pada kalangan penghuni gaib Gunung Sulung, dan dipersembahkan kepada penghuni gaib Gunung Sulung. Terakhir yaitu Selawat, yang dimaknai sebagai bentuk rasa syukur karena telah diturunkan hujan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan sebagai bentuk ucapan terimakasih kepada mangku adat dan kiyai yang sudah memimpin jalannya ritual Nede sampai selesai.

Item Type: Thesis (S1)
Keywords (Kata Kunci): Tradisi, Nede, Simbol, Makna
Subjects: H Social Sciences > HM Sociology
Divisions: Program Studi Sosiologi
Depositing User: Meike Megawati
Date Deposited: 10 Nov 2022 04:38
Last Modified: 10 Nov 2022 04:38
URI: http://eprints.unram.ac.id/id/eprint/32773

Actions (login required)

View Item View Item