KONFLIK KELUARGA BANGSAWAN: DISKRIMINASI PEREMPUAN BANGSAWAN SASAK DALAM PRAKTEK MERARIQ DI DESA SURADADI KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR

MOH. AN, DRIAN (2023) KONFLIK KELUARGA BANGSAWAN: DISKRIMINASI PEREMPUAN BANGSAWAN SASAK DALAM PRAKTEK MERARIQ DI DESA SURADADI KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR. S1 thesis, Universitas Mataram.

[img] Text
SKRIPSI MOH. ANDRIAN(L1C019073).pdf
Restricted to Repository staff only

Download (2MB)
[img]
Preview
Text
ARTIKEL SKRIPSI MOH. ANDRIAN (L1C019073).pdf

Download (319kB) | Preview

Abstract

Penelitian ini membahas tentang konflik diskriminasi perempuan bangsawan Sasak dalam praktik merariq Di Desa Suradadi Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui awal mula konflik keluarga bangsawan dalam pernikahan perempuan bangsawan, faktor-faktor penyebab diskriminasi, dampak kehidupan perempuan dan bagaimana menyelesaikan konflik di antara keluarga bangsawan dan perempuan bangsawan di Desa Suradadi Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur. Analisis teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Pilihan Rasional James S. Coleman. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Unit analisis dalam penelitian ini adalah Konflik keluarga yang menjadi unit analisis individu. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara yang mendalam, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa awal mula konflik pelarangan perempuan bangsawan menikah dengan laki-laki non bangsawan sudah muncul sejak zaman kerajaan Anak Agung dari Bali pada abad 17 yang memiliki pengaruh sangat besar di pulau Lombok. Faktor-faktor penyebab konflik diskriminasi yaitu faktor perbedaan bahasa, perbedaan proses adat pernikahan, gengsi keluarga, dan kesenjangan ekonomi. Dampak terhadap kehidupan perempuan bangsawan setelah mengalami diskriminasi yaitu adanya perbedaan perlakuan dalam proses pelaksanaan pernikahan, perempuan bangsawan akan turun kasta menjadi non bangsawan, keturunannya tidak memiliki gelar bangsawan, terputusnya hubungan antara orang tua dengan perempuan bangsawan atau dalam suku Sasak disebut “diteteh” dan tidak lagi menjadi ahli waris. Dalam menyelesaikan konflik pihak keluarga perempuan bangsawan meminta syarat berupa maskawin yang sesuai dengan adat bangsawan yaitu tanah 2 are dan sebuah rumah yang berukuran 4x6 meter, selain itu, adanya “krame dese” yaitu proses mediasi antara perempuan bangsawan dengan keluarga bangsawan yang melibatkan pihak ketiga.

Item Type: Thesis (S1)
Keywords (Kata Kunci): Konflik, Diskriminasi, Bangsawan Sasak, Merariq.
Subjects: H Social Sciences > HM Sociology
Divisions: Program Studi Sosiologi
Depositing User: Meike Megawati
Date Deposited: 26 Jul 2023 03:57
Last Modified: 26 Jul 2023 03:57
URI: http://eprints.unram.ac.id/id/eprint/41742

Actions (login required)

View Item View Item