TINGKAT KENYAMANAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

MEGA, YULIANTI (2024) TINGKAT KENYAMANAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. S1 thesis, Universitas Mataram.

[img] Text
SKRIPSI MEGA YULIANTI (C1L018092).pdf
Restricted to Repository staff only

Download (2MB)

Abstract

Seiring bertambahnya tahun, peningkatan pembangunan dan pertumbuhan penduduk di bergagai daerah menjadi semakin meningkat terutama di perkotaan,yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan transportasi kendaraan bermotor yang dapat mempengaruhi penurunan kualitas udara yang secara tidak langsung banyak menyumbang buangan polusi udara yang berpotensi mencemari lingkungan. Hal ini menyebabkan pengalihan fungsi lahan tidak dapat dihindari terutama masyarakat yang hidup diperkotaan. Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan ruang terbuka bervegetasi yang berada di kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai area rekreasi, sosial budaya, estetika, fisik kota, ekologis dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi bagi manusia maupun bagi pengembangan kota (Dewiyanti, 2009). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 diatur bahwa RTH terbagi menjadi RTH publik dan RTH swasta, dengan perbandingan minimal 30% dari luas kota, dimana 20% diantaranya merupakan RTH publik dan 10% RTH privat. Salah satu daerah perkotaan yang peningkatan masyarakat serta peningkatan pembangunannya semakin meningkat tiap tahunnya yaitu Kota Mataram. Peningkatan tersebut menyebabkan perlunya penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Mataram. Zona nyaman bagi manusia adalah suhu udara 21,1 hingga 26,7 oC, dan kelembaban udara 20 hingga 70%. Nilai tersebut jauh lebih rendah dibandingkan kisaran suhu Kota Mataram yang meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Lombok Barat beberapa tahun terakhir, pada tahun 2000 suhunya 26,1°C, dan pada tahun 2020 meningkat menjadi 26,8oC. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa suhu udara di Kota Mataram pada tahun 2020 berada di atas nilai suhu zona nyaman bagi manusia. Menurut (Sobirin et al (2015) cit Adi et al (2022)) Peningkatan suhu udara secara lokal, terutama di perkotaan, disebabkan oleh kurangnya ruang terbuka seperti taman, hutan, sungai, dan lanskap non-perkotaan lainnya, serta perubahan tutupan lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun, selain limbah panas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, panas yang timbul dari penggunaan lahan, jumlah fasilitas pengolahan industri, konduksi panas yang dipancarkan langsung ke atmosfer oleh sistem pendingin udara, dan Rumah Kaca. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks kenyamanan berdasarkan suhu dan kelembaban serta persepsi masyarakat terhadap Ruang Terbuka Hijau Kota Mataram. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2023 di 3 (tiga) RTH di Kota Mataram antara lain RTH Udayana, RTH Sangkareang dan RTH Pagutan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil perhitungan nilai THI, rata- rata nilai kenyamanan dengan selisih tingkat kenyamanan di RTH Kota Mataram xiv menurut sebaran waktu yaitu pada waktu pagi hari RTH Sangkareang dan RTH Pagutan masuk kriteria sedang, untuk RTH Udayana masuk kriteria nyaman. Pada waktu siang hari ke (3) tiga RTH tersebut masuk kriteria tidak nyaman, sore hari RTH Sangkareang dan RTH Pagutan masuk dalam kriteria tidak nyaman dan RTH Udayana masuk kriteria sedang. Berdasarkan persepsi pengunjung terhadap Ruang Terbuka Hijau (RTH) dari hasil kuisioner dengan faktor klimatis, vegetasi dan aktivitas, maka dapat disimpulkan RTH Sangkareang, RTH Pagutan dan RTH Udayana masuk kriteria nyam

Item Type: Thesis (S1)
Keywords (Kata Kunci): Ruang Terbuka Hijau, kenyaman termal
Subjects: S Agriculture > S Agriculture (General)
Divisions: Fakultas Pertanian
Depositing User: Kusmayadi
Date Deposited: 07 Mar 2024 02:05
Last Modified: 07 Mar 2024 02:05
URI: http://eprints.unram.ac.id/id/eprint/44582

Actions (login required)

View Item View Item