RELASI CERITA RAKYAT SASAK DAN SAMAWA: BANDINGAN SASTRA KE ARAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Bahri, Syaiful (2017) RELASI CERITA RAKYAT SASAK DAN SAMAWA: BANDINGAN SASTRA KE ARAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. S2 thesis, Universitas Mataram.

[img] Text
Tesis Lengkap.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (1MB)

Abstract

Penelitian ini menjawab tiga permasalahan, yakni (1) relasi antara cerita rakyat Sasak dan Samawa; (2) konsep berpikir masyarakat Sasak dan Samawa berdasarkan relasi cerita rakyatnya, dan (3) pemanfaatan relasi cerita rakyat Sasak dan Samawa tersebut sebagai bahan penerapan nilai-nilai pendidikan multikultural. Cerita rakyat yang dijadikan data analisis adalah tiga pasang cerita yang memiliki kemiripan, yakni (1) Batu Goloq (Sasak) dan Batu Plantolan (Samawa), (2) Mandalika (Sasak) dan Lala Buntar (Samawa), (3) Tegodek dait Tetuntel (Sasak) dan Ne Bote Ne Kakura (Samawa). Data tersebut diperoleh melalui studi pustaka yang kemudian dilakukan triangulasi data dengan melakukan konfirmasi ulang terhadap beberapa informan guna mendapatkan data atau cerita yang betul-betul lengkap dan berkembang di tengah masyarakat. Penganalisisan data menggunakan analisis struktural Levi-Strauss. Hasil analisis menunjukkan bahwa relasi cerita rakyat Sasak dan Samawa diperlihatkan dari adanya bagian pada masing-masing pasangan cerita yang menunjukkan persamaan dan perbedaan secara konsisten. Konsep berpikir masyarakat Sasak dan Samawa dalam pasangan cerita Batu Goloq dan Batu Plantolan memperlihatkan masyarakat Sasak cenderung menyelesaikan permasalahan sendiri sebagai wujud ketertutupan yang dioposisikan dengan masyarakat Samawa yang cenderung mengikutsertakan orang lain sebagai wujud keterbukaan. Hal yang sama juga terlihat pada pasangan cerita Mandalika dan Lala Buntar sebagai tokoh puteri raja, terutama dalam miteme proses pengambilan keputusan dan cara penyelesaian masalah. Konsep berpikir masyarakat Sasak dalam cerita Mandalika cenderung tertutup, sedangkan masyarakat Samawa dalam cerita Lala Buntar cenderung lebih terbuka dalam memutuskan dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Perbandingan terhadap pasangan cerita Tegodek dait Tetuntel dan Ne Bote Ne Kakura memperlihatkan konsep berpikir masyarakat Sasak dan Samawa berupa protes atas ketidakterimaan atau ketidaksetujuan adanya penindasan oleh masyarakat kelas atas terhadap masyarakat kelas bawah. Konsep berpikir masyarakat Sasak dan Samawa dalam tiga pasang cerita rakyat tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan penerapan nilai pendidikan multikultural. Pemahaman konsep berpikir masyarakat Sasak dan Samawa dalam cerita rakyat bisa dilakukan lebih maksimal dengan memanfaatkan waktu di luar jam pelajaran. Pemahaman melalui perbandingan dengan langkah-langkah yang harus disesuai dengan tingkat usia tersebut diharapkan akan memunculkan sikap saling memahami antara masyarakat Sasak dan Samawa.

Item Type: Thesis (S2)
Keywords (Kata Kunci): cerita rakyat, bandingan sastra, struktural Levi-Strauss, pendidikan multikultural
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Depositing User: Ayus Suyarsih
Date Deposited: 21 Aug 2017 04:03
Last Modified: 21 Aug 2017 04:03
URI: http://eprints.unram.ac.id/id/eprint/231

Actions (login required)

View Item View Item